Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Etika Bergaul di Grup WA

Etika Bergaul di Grup WA! Hai...jumpa lagi dengan saya..Apa kabarnya?

Saya mau nanya nih..Punya ponsel pintar, kan? Punya nggak aplikasi WhatsApp Messenger (WA)? (Sepertinya, hampir semua bilang: Ya!)

Terus, coba hitung, ada berapa grup WA yang kamu ikuti? satu, dua, lima,..belasan.. puluhan atau bahkan ratusan?


Etika Grup WA


Kalau saya, saat ini tergabung di 19 chatting grup di WA. Dari sekian grup yang saya ikuti ini, ada yang grupnya aktif sekali - setiap waktu ada perbincangan, ada yang kadang ramai kadang sepi, adapula yang sepi sekali tapi herannya nggak juga dibubarin oleh adminnya.(jangan-jangan dia lupa kalau jadi admin ya)

Memang, platform WhatsApp Messenger, menurut data survey comScore, menduduki peringkat tertinggi sebagai aplikasi chat yang paling banyak digunakan di Indonesia, dengan lebih dari 35 juta pengguna. Bahkan kepopulerannya melebihi BlackBerry Messenger yang pernah merajai aplikasi chat di negeri ini.


Tentang Grup WA



Sebenarnya apa sih yang membuat WhatsApp ini begitu digemari?

Seperti dilansir dari google store, WhatsApp Messenger (WA) adalah aplikasi gratis untuk berkirim pesan yang tersedia untuk Android dan ponsel cerdas lainnya. WhatsApp menggunakan koneksi internet telepon (4G/3G/2G/EDGE atau Wi-Fi, jika tersedia), untuk memampukan kita mengirim dan menerima pesan, panggilan, foto, video, dokumen dan pesan suara. Dan. keunggulannya:

Tanpa biaya: WhatsApp menggunakan koneksi internet telepon (4G/3G/2G/EDGE atau Wi-Fi, jika tersedia). Tidak ada biaya berlangganan yang dikenakan untuk menggunakan WhatsApp.

Multimedia: bisa mengirim dan menerima foto, video, dokumen, dan pesan suara.

Chat grup: bisa menikmati percakapan grup dengan daftar kontak kita sehingga mudah menjalin komunikasi dengan teman dan keluarga. 

WhatsApp Web: dapat mengirim dan menerima pesan WhatsApp langsung dari browser komputer Anda. 

Cara WA


Tanpa biaya internasional: tidak ada biaya tambahan untuk mengirim pesan WhatsApp internasional, hingga bisa chat dengan sesiapa di seluruh dunia dan terhindar dari biaya Short Message Service (SMS) internasional.

Tak perlu username dan password: WhatsApp bekerja persis seperti SMS dengan menggunakan nomor telepon dan terintegrasi dengan buku alamat pada telepon kita. 

Tidak perlu log in log out: membuat kita bisa selalu terhubung dengan WhatsApp tanpa perlu khawatir kehilangan pesan baru. 

Segera terhubung dengan kontak kita: buku alamat telepon digunakan supaya kita dapat dengan mudah dan cepat terhubung ke kontak kita yang sudah menggunakan WhatsApp, sehingga kita tidak perlu menambahkan username yang sulit diingat.

Pesan offline: jika kita kehilangan pemberitahuan pesan baru atau mematikan telepon, WhatsApp akan menyimpan pesan-pesan itu dan mengirimkannya pada saat kita menggunakan aplikasi ini kembali. 

Lain-lain: membagikan lokasi, bertukar kontak, atur wallpaper dan nada pemberitahuan khusus, email riwayat chatting, broadcast/siarkan pesan ke beberapa kontak sekaligus, dan masih banyak lagi!


Nah, sebegitu menariknya aplikasi chat WhatsApp Messenger ini, maka tak heran dijadikan pilihan oleh sebagian besar orang, selain untuk bertukar pesan pribadi juga bertukar pesan dalam kelompok atau grup. Ini yang kemudian kita ikuti sebagai WhatsApp Group (WAG).


WA Group


Beberapa grup WA sendiri, terbentuk didasari atas kesamaan latar belakang, visi, misi ataupun tujuan. Diantaranya:

1. Grup Keluarga

Biasanya dibentuk untuk memudahkan berbagi kabar dengan sanak famili seperti berita kelahiran, pernikahan, duka cita, info silaturahmi/reuni keluarga dan lainnya.

Misalnya, saya kini tergabung dalam grup keluarga besar Kediri yang anggotanya terdiri dari sanak saudara dari orang tua saya yang asli Kediri.

2. Grup Kantor

Dipakai untuk mendelegasikan tugas dari pimpinan ke anggota timnya, berbagi jadwal kegiatan, info seputar pekerjaan dengan kolega dan sebagainya.

3. Grup Sosial

Beranggotakan kelompok sosial di lingkungan rumah atau tempat kita bersosialisasi. Dibentuk untuk saling bertukar informasi seputar kegiatan di kelompok sosialnya.

Misalnya: saya tergabung dalam grup ibu-ibu arisan tetangga dan arisan/pengajian komplek di lingkungan tempat tinggal saya. Di sini kami berbagi kabar tentang jadwal pertemuan, info di seputar tempat tinggal kami dan tentu ngerumpi sana-sini (maklum ibu-ibu di Jakarta, karena kesibukan, meski tetanggaan, jarang berjumpa, jadi ngobrolnya via WA saja)

4. Grup Komunitas

Grup yang beranggotakan orang berhobi atau berkegiatan yang sama, untuk memudahkan penyebaran informasi tentang komunitasnya.

Contohnya: saya saat ini tergabung dalam grup WA Tips Nulis dan Bisnis (TNB) dimana anggotanya adalah ibu-ibu rumah tangga yang hobi nulis dan/atau bisnis.

5. Grup Alumni

Grup ini beranggotakan orang dengan latar belakang alumni sekolah yang sama, obrolan bisa beragam temanya, mulai dari nostalgia jaman sekolah, isu yang sedang trending topic dan berita terkini teman se-alumni.

Misalnya: sekarang saya tergabung di grup alumni kelas SMP, grup alumni kelas SMA dan grup alumni angkatan SMA. Cukup itu saja, karena untuk grup alumni yang lain saya merasa tidak bisa menjalani...terlalu banyak grup bikin pusing kepala ini!

6. Grup Orang Tua Murid (OTM)

Grup gabungan orang tua murid yang berfungsi sebagai wadah penyampaian informasi dari sekolah ke orang tua. Biasanya digawangi oleh koordinator kelas (korlas) yang sekaligus menjadi adminnya. Info tentang jadwal ulangan, PR dan kegiatan sekolah lain yang tentunya memudahkan orang tua dalam memantau kegaiatan putra-putrinya.

Misalnya: saat ini saya tergabung dalam grup kelas 7, untuk si Mas, dan kelas 3, kelas si Adik.

Nah, untuk beragam jenis grup tersebut, tipe-tipe anggotanya pun berbeda. Bisa jadi seorang pekerja akan aktif memantau grup kantornya agar tidak ketinggalan informasi terkini. Berbeda dengan ibu rumah tangga seperti saya, yang selalu saya ikuti adalah grup orang tua murid, karena khawatir jika ada informasi yang terlewatkan tentang sekolah anak-anak. Untuk grup yang lain, seperlunya saja, saya kadang ada bahkan lebih banyak diam saja (kalau diikuti semua, bisa nggak masak atau telat jemput sekolah anak kwkwkw)


WAG Rules


Memang ada berbagai tipe anggota grup WA, diantaranya:
  • Silent Reader
Jenis ini dibagi menjadi dua kategori: anggota yang terdaftar di grup, membaca pesan yang diterima, tapi diam saja. Atau, sengaja tidak membaca apapun dan hanya sekedar menjadi anggota saja.

Alasan memilih menjadi silent reader antara lain: baru di grup tersebut, sibuk, malas berkomentar atau tak selalu punya koneksi/kuota internet.
  • Active Reader
Anggota yang aktif memposting informasi, foto, beragam tema pembicaraan atau aktif berkomentar.
  • Pertengahan antara silent reader dan active reader.
Kadang diam, kadang ramai. Kadang lama nggak kelihatan meski sesekali masih berkomentar. (saya banget ini...tergantung kesibukan dan suasana hati hihihi...)

Saring sebelum sharing



Lalu, apa sajakah alasan seseorang bergabung di sebuah grup WA?

1. Dimasukkan jadi anggota oleh teman/adminnya. 

Kadang tanpa seijin kita, nomor HP/WA dimasukkan ke satu grup WA. Biasanya ada yang langsung left grup, ada juga yang tetap bertahan dengan alasan segan mau keluar. Ini nggak enaknya grup WA, kalau grup BBM pakai cara invite/mengundang, jadi kita punya opsi apakah mau bergabung atau tidak. Sementara WA, asalkan orang tahu nomor HP/WA kita, bisa langsung dimasukkan jadi anggota, tanpa perlu memberitahu lebih dulu.

(dear admin: kadang-kadang perlu juga japri dulu, sebelum memasukkan nomor temanmu)

2. Koordinasi

Grup bentukan yang sifatnya sementara. Misalnya grup untuk panitia acara perpisahan sekolah anak, acara reuni akbar alumni atau acara yang bersifat sementara lainnya. Biasanya dibentuk untuk membahas hal detil tentang pertemuan. Setelah acara dilaksanakan, kemungkinan grup dibubarkan atau bisa jadi dilanjutkan untuk kegiatan berikutnya.

3. Kebutuhan

Karena membutuhkan grup, misalnya untuk grup orang tua murid, agar mendapat info seputar kegiatan belajar mengajar di sekolah. Atau grup kantor yang akan memudahkan komunikasi dan koordinasi pekerjaan.

4. Menjadi bagian dari kelompok tersebut.

Contohnya grup keluarga, alumni sekolah atau grup hobi yang digeluti.

5. Bermanfaat

Ingin mendapat manfaat dari grup yang diikuti seperti, tips bisnis, motivasi diri, menambah jaringan, hiburan atau inspirasi.

Nah, bergabung di grup WA apalagi sampai belasan atau puluhan, juga memerlukan etika sebagai rambu-rambunya. Apalagi jika grup itu anggotanya punya latar belakang suku, agama, golongan yang berbeda. Hendaknya antar anggota saling menghormati, menghindari isu yang bisa menimbulkan konflik serta menaati aturan yang telah disepakati sebelumnya.

Etika dalam grup WA diantaranya:
Sebelum membagikan informasi hendaknya kita mengecek, mencari kebenaran dan kejelasan serta tidak tergesa-gesa untuk menyebarkannya. Hindari penyebaran hoax, atau pemberitaan palsu yaitu informasi yang sesungguhnya tidak benar tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.

Hmm, kopi saja disaring, masak infomu nggak kamu saring dulu...

  • Pilah masalah
Pilah percakapan, jika itu untuk urusan pribadi dengan salah satu anggota, lebih baik lewat jalur pribadi (japri) saja. Agar tidak mengganggu kenyamanan anggota lainnya. Hindari ngobrolin dagangan atau tema yang cuma diketahui berdua di grup yaaa...lebih baik cuusss langsung japri.
  • Kontrol emosi
Perbincangan tanpa tatap muka tentu berbeda dibandingkan dengan sekedar bertukar kata dan emotikon semata. Jadi cerna baik-baik sebelum meresponnya, tak perlu lekas emosi apalagi terlalu sensi. Yang bicara musti hati-hati, yang sedang dibicarakan juga nggak perlu terlalu sensitif menanggapi. Hindari kata-kata yang memicu terjadinya bullying di grup WA.

Hhh, sering juga, ada yang bercandanya keterlaluan..merasa masih berseragam putih biru..padahal kini rambut sudah abu-abu...hadehh...Akhirnya ada teman yang left group.

  • Hati-hati salah kamar
Saat sedang chatting di beberapa grup, mesti hati-hati sebelum kirim pesan, agar tidak salah kamar. Kalau salah kamar bisa fatal. Misalnya, sedang nggosip seru di grup arisan ibu-ibu, eh ngetiknya salah, terkirimlah di grup sekolah. Padahal orang yang digosipin ada di grup itu...nah lho!
  • Peka saat bicara
Grup yang terbentuk tanpa kita mengenal anggotanya sebelumnya, seperti grup komunitas, menjadikan kita harus lebih peka saat bicara. Karena, latar belakang yang beragam memungkinkan terjadinya kesalahpahaman. Biasanya juga di grup komunitas ada aturan: no politik, no SARA.
  • Posting gambar yang benar
Pikirkan dulu sebelum posting foto/video di grup WA, apakah bertentangan dengan norma-norma atau tidak. Hormati anggota lainnya yang bisa jadi merasa tak nyaman dengan gambar yang jauh dari sopan. Biasanya ada satu dua atau lebih anggota yang langsung keluar grup karena ada postingan foto/video yang berbau pornografi....jadi kalau punya, simpan saja sendiri untuk koleksi..hhuh!
  • Copas yang cerdas
Copas tanpa cek dan ricek: tanpa memeriksa kebenaran informasinya, main copas saja. Misalnya: saat terjadi bencana, orang langsung copas berita dan foto tanpa memeriksa apakah benar itu dari lokasi yang dimaksud. Karena seringkali foto tahun berapa, ternyata dimunculkan lagi.

Copas lantaran malas: ramai saat hari raya, tahun baru atau ulang tahun anggota. Ucapan selamat rata-rata seragam, karena biasanya mereka main copas karena malas membuat/mengetik sendiri ucapannya. Tapi, ini bikin yang diberi ucapan, ulang tahun misalnya, jengah juga...Lha, 100 ucapan ultah nyaris sama semua karena main copas saja. Nggak merasa istimewa akhirnya. Jadi, kalau memang niat bikin ucapan, ya buat sendiri ...(meski agak ribet sih ya..tapi kan demiii..)

Copas dengan merampas: seringkali kita temui, orang yang posting tulisan inspiratif yang merupakan hasil copas tulisan orang lain. Lebih baik, jika ada, sertakan juga nama pemilik karya tulisan tersebut untuk menghormati hak intelektualnya.


Etika WA

Nah, pilihan memang di tangan kita...Mau bergabung di sebuah grup, bertahan atau keluar saja jika ternyata merasa tak mendapatkan manfaatnya. Yang penting jadikan WhatsApp Group sebagai sarana berbagi informasi, motivasi, inspirasi pun ajang silaturahmi yang mewakili pertemuan di dunia nyata yang kini karena jarak dan waktu sulit untuk dijalani.

Oke deh, selamat seseruan di grup WA ya, temans! Jangan lupa rambu-rambunya ingat juga, agar grupnya tetap nyaman dan menyenangkan bagi semua anggotanya.

Oh ya, kalau kamu punya berapa grup di WA-mu? Terus punya pengalaman lucu, menyenangkan atau malah menyebalkan saat chatting di grup WA nggak? Atau punya tambahan untuk ulasan di atas? Silakan bagikan di kolom komentar yaaaa....Terima kasih! ðŸ’–

Salam,

Dian Restu Agustina



*Inspirasi: Majalah Intisari edisi Agustus 2016



Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

20 komentar untuk "Etika Bergaul di Grup WA"

  1. saya banyak ikutan grup wa, kebanyakan grup pas ikutan training di indiscrip, lebih banyak silienr reader diui grup ortu, dan lainnya, ada juga grub alumni, SMP, SMU dan SD juga ada, hny saya bertahan di grup alumni SMU karena kami sekelas cewek semua, jadi membernya pun para emak-emak, hebohhh. grup alumni SMP saya keluar, grup nya hebohhh tapi kadang para member tidak pandai menempatkan diri, padahal sudah bekeluarga satu sama lain, tapi candaan nya masih seperti zaman smp, kadang itu yang saya tidak setujui dari grup - grup alumni

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Rahayu..saya juga ada, keluar dari grup alumni sekolah karena candaan yang kebangetan...Rasanya nggak nyaman, ya sudah keluar saja lah...:)

      Hapus
  2. Saya masalahnya hampir sama juga mbak. Bermasalah di memori hp karena kebanyakan group wa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sama, memang nggak bagus nya WA ini bikin berat memori...beda sama telegram ya Mbak..

      Hapus
  3. WA.... ini instan messanger yang pertama kali ku buka kalo liat hape. Dan WA juga penyumbang notif terbanyak, terpaksa beberapa harus dimute. Pengen out tp nanti ketauan, gak out tapi obrolan udah gak nyambung.. Hahaa dilema..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha sama, Mbak Dwi:D ..mau keluar segan, tetap di situ udah nggak nyaman..

      Hapus
  4. wa itu paling simple, ga keganggu iklan, paling mudah, dan paling umum. paling sebel kl di grup udah ada yg hate speech, hiks. langsung mendadak krik krik krik deh yg lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu dia ..hate speech..terus akhirnya ada yang kabur dah hahhh!

      Hapus
  5. Aku pakai grup WA buat koordinasi dari mulai grup alumni, teman blogger sampai klub buku. Tapi emang banyakan yg aktif itu-itu aja. Hhehe. Kadang juga bingung mau nimbrung cerita, eh mereka udah geng2an.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau mereka ngobrol, kita muncul langsung diam kan?..karena kita bukan geng nya...hadeh, senasib kita ...

      Hapus
  6. Paling sebel kalau bnyak yang bawel mba..hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa...kwkwkw..tapi kalau nggak ada yang begitu sepi nanti grupnya :D

      Hapus
  7. Mbak, saya punya grup tambahan, yaitu tetangga. Apalagi suami saya ketua RT, jadi saya punya 3 grup, yaitu grup ibu-ibu di RT, grup pengurus PKK dan grup pengurus majlis taklim. Makin banyak saja grupnya. Tapi wa sangat membantu berkomunikasi. Saya gak perlu keliling rumah warga buat kirim edaran, cukup capture, dan sent di grup.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siiip! Nah..itu manfaatnya ya Mbak..bikin hemat biaya, tenaga dan waktu, info bisa di share saat itu...Biar Bu RT bisa ngurusin yang lainnya juga :)

      Hapus
  8. Hihihi...saya termasuk yang punya banyak grup WA. Tapi,saya gak aktif di semua grup itu. Ada yang hanya jadi silent rider, ada yang saya terus aktif,dan ada yang hanya sesekali aja ikut nimbrung di grup.
    Grup yang saya miliki lebih banyak yang karena mau saya ambil manfaatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siip, Mbak Nurul..memang musti kita pilah dan pilih agat mendapat manfaat :)

      Hapus
  9. Saya banyak group mbak. Tp banyak silent readernya. Hehehe

    BalasHapus
  10. Mpo ikutan group whats app buat silahturahmi yang akan membuat kita mengetahui keadaan teman yang berada di ujung pulau

    BalasHapus
  11. punya banyak grup WA memang harus lebih berhati-hati.. terutama jika alfabet nama grup pertemanan sama dengan grup kantor.. pernah terjadi di tempat kerja saya, ada anggota yang salah mengirim pesan yang seharusnya dikirim di WA pertemanan tapi dikirim di WA kantor.. parahnya pesan tersebut berbentuk video yang tidak pantas dilihat.. untungnya si pengirim cepat menghapus dan anggota2 di grup kantor malas membahas atau memperbesar hal tersebut :)
    nice post!

    BalasHapus