Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pencegahan Pneumonia pada Anak

Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur yang memiliki gejala: batuk berdahak, demam, bernapas cepat dan sesak napas yang disertai cekungan dinding dada. Pneumonia menjadi pembunuh anak nomor dua di Indonesia dan merupakan penyebab kematian anak nomor satu di dunia.
 
Sungguh, sebuah kondisi nyata yang mengkhawatirkan baik di Indonesia maupun global di mana masih banyak anak-anak yang meninggal akibat pneumonia. Padahal penyakit yang menular melalui udara, batuk dan bersin, juga benda pribadi ini bisa dicegah dan ditangani. 

Meski untuk itu dibutuhkan pendekatan terpadu demi suksesnya pelaksanaan strategi kampanye perubahan perilaku untuk mengatasi pneumonia pada anak ini. Sebuah kampanye terintegrasi yang memerlukan kerjasama antara pemangku kepentingan, organisasi masyarakat sipil, komunitas, juga semua, termasuk saya dan Anda.

Ya, kita bisa menjadi agen perubahan untuk membantu mengatasi pneumonia pada anak di Indonesia. Diantaranya dengan cara mendukung Save The Children lewat kampanye STOP Pneumonia!



Apa Itu Pneumonia pada Anak?


Well, sejatinya saya pernah dibuat sangat cemas oleh pneumonia. Pasalnya gejala yang hampir sama dulu pernah menyerang anak sulung saya.

Ceritanya, setelah melahirkan si sulung di Kediri, tiga bulan kemudian saya dijemput suami kembali pulang ke Langkat, tempat tinggal kami. Perjalanan panjang dari Kediri via darat, lanjut pesawat dan nyambung lagi sampai ke Kabupaten Langkat, membuat bayi saya rewel sejak di perjalanan. 

Dia nangis kencang, sedikit demam, enggak mau menyusu dan napasnya memburu. Sesampainya di rumah kondisinya makin parah karena ada batuk, pilek, demam bertambah tinggi juga sesaknya makin menjadi.

Saya yang sudah pernah kehilangan bayi pertama di usia 13 hari (karena ketidaksempurnaan organ), khawatir luar biasa dengan kondisi ini. Sehingga segera membawanya ke klinik terdekat di mana dokter umum di sana merujuknya ke dokter anak di Medan.

Yang bikin saya cemas, waktu dokternya berkata, "Semoga bukan pneunomia!" 

Ha! Pneumonia? 

Duh, jangan sampai deh ya!

Saya takut anak kedua pun tak selamat seperti kakaknya. Sungguh, saat itu saya sedih luar biasa, apalagi saya pernah baca, pneumonia bisa mengakibatkan kematian!

Meski akhirnya saya bisa bernapas lega. Setibanya di Medan, setelah ditangani dokter anak, diminta rawat inap dan menjalani sejumlah pemeriksaan, terbukti si sulung bukan menderita pneumonia. Melainkan croup sydnrome, infeksi pernapasan pada anak, yang membuat saluran napasnya terhalang.

Sujud syukur, Alhamdulillah! 

Sebuah pengalaman yang membuka mata saya, untuk lebih menjaga anak tak hanya dari pneumonia tapi juga penyakit lainnya.

Memang, gejala yang dialami anak saya hampir sama dengan gejala pneumonia pada balita. Di mana gejala pneumonia pada balita adalah:

  • Batuk
  • Napas cepat: <2 bulan: 60x atau lebih per menit | 2 bulan - <12 bulan: 50x atau lebih per menit | 12 bulan - 59 bulan: 40x atau lebih per menit
  • Napas sesak

Nah, gejala-gejala ini terjadi karena terinfeksinya paru-paru yang disebabkan oleh kuman, bisa bakteri, virus, atau jamur, dan parasit pada salah satu atau kedua belah jaringan paru-paru. Yang mana kantong udara atau alveoli pada paru-paru yang seharusnya berisi udara menjadi berisi cairan atau nanah yang menyebabkan kesulitan bernapas dan kekurangan oksigen yang masuk ke tubuh.

Well, yang lebih memprihatinkan lagi, menurut data-data terkini dari Kemenkes, WHO, UNICEF dan Save The Children ada fakta-fakta yang sangat mengkhawatirkan terkait pneumonia pada anak ini. 

Diantaranya pneumonia akan membunuh 11 juta anak di tahun 2030, jika tak dicegah segera. Sementara disebutkan juga setengah dari kematian anak akibat pneumonia berhubungan dengan polusi udara, terutama polusi dalam ruangan. Pneumonia juga menyebabkan 15% dari semua angka kematian balita. Di mana setiap 1 menit 2 balita meninggal, atau 2.500 setiap harinya, karena pneumonia. 

Disebutkan juga, pneumonia merupakan pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dari AIDS, malaria dan campak sekaligus. Sedangkan di Indonesia sendiri, dari lima kematian balita, satu di antaranya disebabkan pneumonia. Bahkan setiap tahunnya, terdata pneumonia telah membunuh 1,4 juta balita di seluruh dunia. 

Sehingga, mengingat semua fakta yang ada, menghentikan pneumonia adalah aksi yang harus dilakukan dengan segera!!


Tentang Kampanye STOP Pneumonia 


Maka, tepat kiranya jika Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) sebagai organisasi lokal Save the Children di Indonesia meluncurkan kampanye yang dinamai STOP Pneumonia di bulan November tahun lalu yang dihadiri oleh Direktur Pencegahan dan Perlindungan Penyakit Menular Langsung dan Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI. 
 
YSTC melalui kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil, akademisi, organisasi profesi, pemerintah dan pihak swasta baik di tingkat nasional maupun di wilayah dampingan Save the Children di Kabupaten Sumba Barat, NTT dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat melanjutkan kampanye STOP Pneumonia untuk penyadaran dan perubahan perilaku masyarakat. 

Nah, peringatan Hari Pneumonia Dunia (HPD) pada 12 November tahun 2020 ini merupakan momentum yang sangat penting untuk melanjutkan Kampanye STOP Pneumonia, terkait kondisi:

  1. Dampak COVID pada anak yang dapat meningkatkan kasus pneumonia karena virus corona menyerang paru-paru. Anak berada dalam situasi rentan untuk mendapatkan akses layanan kesehatan dan gizi dalam situasi pandemi. Kasus anak dengan pneumonia diperkirakan akan bertambah karena COVID-19 yang sampai tanggal 5 Oktober 2020 terdapat 31.633 anak yang terindeksi virus corona (10,3% dari total) 8 dan 191 diantaranya meninggal (1,7%). 
  2. Kementerian Kesehatan telah menandatangani Kerjasama dengan UNICEF untuk pembelian vaksin dan obat yang terjangkau pada tanggal 16 September 2020 termasuk dalam hal ini vaksin PCV untuk pneumonia. Kerjasama ini dapat menyelamatkan 10.000 anak tiap tahun dari pneumonia. Kemajuan langkah ini perlu diiringi dengan upaya masyarakat untuk dapat mengakses layanan vaksinasi yang telah disediakan pemerintah. 
  3. Program Kampanye STOP Pneumonia dapat turut serta menurunkan stunting melalui satu pesan kunci STOP Pneumonia yaitu peningkatan praktek pemberian ASI esklusif dan asupan gizi yang baik bagi anak anak Indonesia dimulai dari 1000 Hari Pertama Kehidupannya (HPK)



Well, Save the Children, mulai 2019 hingga 2021 menjalankan strategi kampanye STOP Pneumonia secara terintegrasi dengan menggiatkan kampanye ke target khalayak, sosialisasi intensif dengan pemangku kepentingan, mobilisasi sosial, dan kampanye parenting untuk menguatkan peran ayah di dalam keluarga.

Save the Children, bekerja sama dengan pemangku kepentingan seperti pemerintah Indonesia, organisasi masyarakat sipil, komunitas, dan mitra lainnya, melaksanakan strategi kampanye perubahan perilaku untuk mengatasi pneumonia pada anak melalui langkah-langkah: meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang pneumonia dan pengenalan tanda-tanda bahaya pada anak. Kemudian, pencegahan, perlindungan dan pengobatan dengan merujuk pada Kerangka Kerja Penanganan Pneumonia. Serta, membangun kerja sama dengan pemangku kepentingan dalam mengatasi pneumonia.

Ya, pneumonia pada anak dapat dicegah dan ditangani, melalui pendekatan terpadu penatalaksanaan pneumonia pada anak di Indonesia, yakni dengan:

  • Melindungi, dengan menerapkan praktik pengasuhan baik sejak lahir melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat setelah usia 6 bulan.
  • Mencegah, dengan imunisasi lengkap, utamanya Campak dan Rubella (MR), Diphtheria Pertussis Tetanus (DPT), dan Haemophilus Influenzae tipe B (HiB) dan PCV. Cuci tangan pakai sabun! Pastikan sirkulasi udara yang baik dan tanpa asap baik didalam rumah dan dilingkungan rumah tempat bermain anak
  • Mengobati, segera membawa anak sakit ke fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas, rumah sakit atau klinik. Berikan asupan bergizi saat anak sakit.


Yuk, Jadi Agen Perubahan untuk Membantu Kampanye STOP Pneumonia!


Hampir semua penyebab penyakit pneumonia dapat dicegah namun membutuhkan perhatian dan upaya yang besar. Maka, dibutuhkan peran serta semua pihak untuk menyukseskan kampanye STOP Pneumonia pada anak. 

Saya dan Anda juga bisa menjadi agen perubahan untuk membantu kampanye STOP Pneumonia pada anak di Indonesia. 

Beberapa cara bisa dilakukan diantaranya:


1. Gaungkan STOP Pneumonia melalui berbagai media!

S - ASI eksklusif 6 bulan, menyusui ditambah MPASI selama 2 tahun 
T - Tuntaskan imunisasi untuk anak
O - Obati ke fasilitas kesehatan jika anak sakit
P - Pastikan kecukupan gizi anak dan hidup bersih sehat

Penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, jamur dan mikroba lainnya yang menginfeksi sel-sel paru yang selanjutnya membuat peradangan akut dengan gejala-gejala kesulitan bernapas ringan sampai berat bahkan kematian.

Nah, terdapat 3 Kerangka Global dalam upaya pengendalian pneumonia yaitu Perlindungan (Protection) melalui pemberian ASI eksklusif dan asupan gizi yang adekuat, Pencegahan (Prevention) melalui Imunisasi seperti Campak, Diphteri-Pertusis Tetanus (DPT), Haemophilus Influenzae tipe B (Hib) dan Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV), praktek hidup bersih, menghindari polusi di dalam rumah dan pengobatan (treatment) seperti akses terhadap layanan kesehatan dan deteksi dini di tingkat keluarga. 

Mari, terapkan ini pada diri dan keluarga sendiri, teladankan ke sesama dan gaungkan lewat berbagai cara dan media yang kita punya. 

Yuk, bagikan dan pengaruhi sebanyak mungkin orang untuk mendukung STOP Pneumonia!


2. Sebarluaskan Pehamaman Pneumonia pada Anak ke Semua

Pemahaman pneumonia ke sesama itu utama, mengingat gejala yang memang hampir sama dengan beberapa penyakit lainnya. Apalagi mengingat pengetahuan masyarakat tentang pneumonia pun masih rendah, kualitas layanan kesehatan belum memadai, dan masalah geografis untuk menjangkau layanan kesehatan terutama di wilayah terpencil. 

Maka kuncinya ada di garda terdepan yakni melalui petugas kesehatan maupun relawan yang bergerak dalam penyebaran informasi lewat posyandu, kader PKK di desa, lewat penyuluhan di Puskesmas, juga berbagai kegiatan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat.

Tak cukup itu, membagikan informasi seputar pneumonia secara digital juga perlu. Bisa lewat berbagai media sosial yang kita punya, Youtube, Instagram, Facebook, Twitter, Blog, demi tersebar luasnya info ini apalagi di situasi pandemi kontak langsung dibatasi. 


3. Perkuat Peran Ayah dalam Pencegahan Pneumonia pada Anak
Ayah dapat berperan dalam memastikan kesehatan anaknya termasuk untuk melindungi dan mencegah mereka terjangkit pneumonia. Caranya:

  • Mengikuti perkembangan anak sesuai dengan tahapannya
  • Mendukung ibu ketika memberikan ASI eksklusif
  • Memastikan anak mendapat imunisasi lengkap (membantu mengingatkan, menemani ketika imunisasi)
  • Tidak merokok di lingkungan rumah dan ketika berada di dekat anak
  • Membantu memastikan kecukupan gizi anak
  • Mengobati ketika anak sakit (membawa ke layanan kesehatan)

Mengingat pentingnya peran ayah, maka dibutuhkan pemahaman akan pneumonia yang bisa disebarluaskan dalam kegiatan yang bersentuhan dengan masyarakat terutama para ayah misalnya di tingkat kelurahan, di lingkungan pekerjaan juga melalui berbagai media.

Memang secara budaya pengasuhan dilekatkan pada peran ibu. Tetapi ini tidak berarti bahwa ayah tidak dapat berperan. Seorang ayah yang turut berperan dalam pengasuhan anak akan memastikan kelangsungan hidup yang baik bagi anak, melipatgandakan tumbuh kembang dan prestasi serta anak-anak terlindungi dari bahaya yang mengancam mereka.



4. Tegakkan Protokol Kesehatan
Terkait data terbaru di Indonesia tentang prosentase 64% orang memiliki fasilitas cuci tangan di rumahnya dan praktek cuci tangan yang belum efektif 49,8%, berhubungan pula dengan penegakkan protokol kesehatan dalam 3M yaitu: Menggunakan masker, Menjaga jarak dan Mencuci tangan dengan sabun, maka perlu kiranya sosialisasi akan hal ini.

Sosialisasi bisa melalui iklan layanan sosial masyarakat di media cetak, televisi atau media sosial tentang tata cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) juga pentingnya 3M, sehingga tak hanya terjaga dari penularan pneumonia tapi terhindar dari penularan COVID-19 juga.

Selain sosialisasi bisa juga digalakkan pembuatan tempat cuci tangan di masing-masing keluarga dengan koordinasi kelurahan sehingga tak hanya caranya yang benar tapi fasilitas cuci tangannya pun tersedia.


5. Mulai dari Diri Sendiri dan Saat Ini

Bakteri dan virus penyebab pneumonia ada dimana-mana. Maka mari cegah bersama penyebab dan penularannya mulai dari diri sendiri dan saat ini.

Misalnya jika ada keluarga yang batuk pilek jangan mencium bayi dan balita, pakailah masker, mencuci tangan sebelum memegang bayi dan balita, juga jika ada keluarga yang sakit obatilah segera.

Kemudian, hindari asap rokok, asap dapur dan debu yang bisa merusak saluran napas bayi dan balita karena memudahkan bakteri atau virus masuk ke paru-paru. Dan tingkatkan kekebalan bayi dengan memberikan ASI eksklusif, MPASI, jika sakit segera obati dan lengkapi imunisasi.

Lalu, efektifkan peran buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan dan bisa di download gratis di Google. Di mana di sana disebutkan panduan cara memberi ASI yang baik, membuat MPASI yang bernutrisi lengkap, juga status gizi dan tumbuh kembang anak. Bila ada keterlambatan, maka keluarga diajarkan cara melakukan stimulasi berdasar buku KIA atau segera bawa konsultasi untuk penanganan segera jika diperlukan.


Jadi, Pencegahan Pneumonia pada Anak Pasti Bisa Dilakukan....,


asalkan semua pihak ikut serta dalam memperjuangkan. 

Yes, Semua anak berhak untuk hidup, sehingga pemerintah perlu memastikan bahwa anak bisa bertahan hidup dan tumbuh dengan sehat.

Tak hanya itu, tiap anak berhak mendapatkan standar kesehatan dan perawatan medis yang terbaik, air bersih, makanan bergizi, dan lingkungan tinggal yang bersih dan aman. Pun, semua orang dewasa juga anak-anak perlu punya akses pada informasi kesehatan.

Maka, mari kita semua menjadi agen perubahan untuk membantu mengatasi pneumonia pada anak di Indonesia! Stop pneumonia jadi pembunuh anak nomor dua di Indonesia!

Yuk, kita dukung kampanye STOP Pneumonia, agar bayi dan balita kita menjadi generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, kreatif dan berperilaku baik nantinya!💖



Save The Children Indonesia
FB: SaveChildrenID | IG: savehildren_id | Twitter: SaveChildren_ID
#
#StopPneumonia #WhateverItTakes #BerpihakPadaAnak #Fightingforbreath

bahan bacaan:
stoppneumonia.id
booklet peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020
materi narasumber webinar peringatan Hari Pneumonia Dunia - 12 Nov 2020



Salam Semangat

signature-fonts

Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

22 komentar untuk "Pencegahan Pneumonia pada Anak"

  1. 19 tahun sakit bronchitis atau paru-paru kering berjuang dan melawan bukan hal yang mudah mbak, alhamdulillah setelah tinggal di Bogor 3 tahun bisa sembuh dengan hawa sana dan jalan pagi selama 1 jam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah..ini pneumonia, beda Mis sama Bronchitis

      Persamaan di antara Bronchitis, Pneumonia dan TBC adalah sama-sama menyerang paru-paru. Pneumonia sering juga disebut sebagai penyakit infeksi saluran pernapasan.

      Orang awam biasanya menyebutnya dengan paru-paru basah. Infeksi ini menyebabkan paru-paru terisi cairan yang membuat organ tersebut jadi meradang.

      Sementara, bronkitis menyerang salah satu bagian paru-paru, yakni bronkus. Hal ini sangat mungkin terjadi kalau sering terpapar polusi dan asap rokok.

      Untuk tuberkulosis sendiri, penyakit ini merupakan infeksi yang sangat serius di paru-paru. Bahkan, TBC menjadi salah satu dari sepuluh penyebab kematian di Indonesia.

      Hapus
  2. Semoga anak-anak kita sehat dan terhindar dari Pneumonia. Dulu sy sempat kena TB dan ternyata seumur hidup si bakteri itu akan tetap terdeteksi di darah kita. Walaupun sembuh tapi sifatnya si bakteri inaktif.

    BalasHapus
  3. Aku punya riwayat pneumonia mb, menurut ortuku berawal dari alergi karena ortu pelihara banyak ayam dan itik. Pengobatan sampai bertahun-tahun. Setelah sembuh malah kena asma. Sekarang asma jg sudah ga ada, tapi saya akui paru-paru saya rentan sekali. Mudah kena batuk dan kalau sudah batuk sampai lama baru sembuh.

    BalasHapus
  4. Paling sedih kalo anak-anak pas balita batuk. Dengernya kruk-kruk, duh jantung rasanya copot. Anak pertama dulu banget, pernah bronchopneumonia (kata dokter sii). Kalo udah hrs minum antibiotik tambah sedih. Soalnya tahu efek buruk antibiotik. Tapi gimana lagi, harus minum obat...Mulai SD lebih kuat, alhamdulillah...

    BalasHapus
  5. Wah, kayaknya pneumonia ini nyaru deh sama pilek atau common cold. Kalau kita ga ngeh, dianggap sakit flu biasa, padahal ternayta penyakit berbahaya. Udara, batuk, bersin dan benda2 pribadi bisa menjadi penyebabnya. Makanya imunisasi anak kudu komplit supaya anak2 kita terhindar dari pneumonia dan jaga pola makan serta gaya hidup seimbang :)

    BalasHapus
  6. Penyakit pneumonia atau radang paru paru ini dulu biasanya hanya menyerang di daerah dingin, ya mbak IMHO, soalnya sering baca pneumonia menyerang di daerah yang terutama 4 musim

    Tapi mungkin sejalan waktu si virus beradaptasi juga sehingga sekarang tahan di daerah panas dan jadi lebih mudah menyerang di musim penghujan

    BalasHapus
  7. Pneumonia ini bener-bener menakutkan ya, kasus di Indonesia penyakit ini di peringkat ke 7, hiks sedih banget mendengarnya...semoga anak-anak kita selalu diberikan kesehatan

    BalasHapus
  8. Emang iya ya, Mba.. kalau sufah kehilangan anak sekali, jadi over reaction ke anak selanjutnya. Tapi memang peunomia ini mengkhawatirkan banget ya, Mba. Benar2 harus di STOP tuh.

    BalasHapus
  9. Salah satu cara yang paling sederhana untuk mencegah anak anak sakit patu-paru, kalau ada perokok, biasanya aku buru buru menjauh. Anakku dulu pernah sakit paru paru waktu usia 8 bulan, pengobatan berbulsn bulan. Alhamdulillah sekarang anaknya sudah sehat

    BalasHapus
  10. wah ternyata peran ayah juga penting ya mak untuk mencegah pneumonia pada anak.. Sebagi orangtua kita emang mesti mewaspadai penyakit ini ya mak, nggak boleh dianggep enteng yaaa

    BalasHapus
  11. Intinya bener2 banget menjaga pola hidup sehat ya mba nher bnget memang kalau anak2 kita kita terkena pneumonia ini lengkah mencegah lbih baik

    BalasHapus
  12. Pneumonia akan membunuh 11 juta anak di tahun 2030. Wah ngeri sekali mbak prediksi ini. Semoga tidak kejadian ya, tentunya pemerintah tak bisa bekerja sendiri untuk mencegah hal ini terjadi. Butuh melibatkan partisipasi dan kerja sama banyak pihak

    BalasHapus
  13. Aku baru tau kalo pneumonia jadi penyebab terbanyak bayi meninggal, sedih banget
    Untuk membuat anak sehat memang harus ada upaya dari orang tua juga ya

    BalasHapus
  14. STOP Pneumonia ini harus diketahui untuk semua para calon orangtua dan para orangtua yaa..
    Karena kalau sudah sakit, pasti untuk menyembuhkan membutuhkan waktu, kesabaran dan dana yang tidak sedikit.

    Semoga dengan lingkungan dan asupan gizi yang baik, kita bisa STOP Pneumonia.

    BalasHapus
  15. Mendukung STOP Pneumonia supaya angka kematian bayi dan balita gak banyak lagi ya. Dengan ikut menyebarkan tulisan tentang pneumonia juga setidaknya ikut mengedukasi masyarakat supaya bisa mencegah pneumonia.
    Menjaga kesehatan bukan karena pneumonia & pandemi saja ya tapi setiap saat. Menjaga kesehatan & merawat anak kewajiban orang tua bukan hanya ibu aja, tapi butuh dukungan ayah

    BalasHapus
  16. Memprihatinkan ya, Mbak, ternyata pneumonia menjadi pembunuh anak nomor dua di Indonesia dan merupakan penyebab kematian anak nomor satu di dunia.
    Jadi memang tepat yang dilakukan oleh pihat terkait, memberi edukasi tentang pneumonia

    BalasHapus
  17. Lewat postingan blog seperti ini, yang kemudian dibagikan ke grup-grup WA maupun media sosial juga sudah menjadi salah satu cara mengedukasi masyarakat tentang betapa pentingnya mencegah pneumonia pada anak.

    BalasHapus
  18. Ternyata penyebab pneumonia dari bakteri, virus atau jamur. Pantas saja banyak yang kena ya
    Saya setuju, ASI, imunisasi, adalah kunci.

    BalasHapus
  19. Pneumonia masih jadi momok bagi orang tua yang punya balita ya, Mbak. Semoga edukasi STOP Pneumonia seperti ini bisa menggiatkan orang tua untuk memberi ASI dan MPASI yang bergizi, imunisasi dan mengobati anak ketikaa sakit.

    BalasHapus
  20. penting banget mengedukasi orang tua tentang bahaya pneumonia pada anak. aku pas koass dulu sering banget nemu kasus pneumonia ini. kasian sekali

    BalasHapus