Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Idul Fitri 2022 yang Berbeda

Masih bulan Syawal, jadi belum telat kan kalau saya ngucapin: Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 H,  teman-teman? 

Taqabbalallahu minna wa minkum. Semoga Allah menerima (puasa dan amal) ibadah kami dan kalian. Mohon maaf lahir batin yaa...!

Oia, gimana lebarannya? Dirimu mudik ke kampung halamankah seperti saya? 

Ha? Enggak? Bingung kampungnya di halaman berapa? Hahaha

Yowis gapapa, lebaran dimana saja sama, yang utama tetap dilalui dengan bahagiaaaa.

Kalau saya, mudik dong pastinya, mengingat dua kali lebaran sebelumnya memang enggak pulang ke kampung halaman, akibat pandemi ada anjuran dilarang pulang. Jadi sebelum senasib sama Bang Thoyib yang 3 kali puasa - 3 kali lebaran enggak pulang-pulang, saya sekeluarga pun mudik ke Kediri,...dan singgah ke 7 kota lainnya! 

Wah, akhirnya!!

Idul Fitri 1443 H


Perjalanan Mudik Lebaran 2022

Jadi, ada cerita lucu jelang mudik. Karena ada aturan terkait perjalanan seperti: pemberlakuan plat mobil ganjil-genap masuk tol, juga one way, maka saya dan suami pun kasak-kusuk ngitung hari mau jalan mudik tanggal berapa nanti.

Suami saya diperbolehkan WFH seminggu jelang Hari Raya (atau WFA-Work From Anywhere- istilah ngetrennya sekarang ya..), jadi urusan jadwal kerja si Bapak amaaaan.

Sekarang tinggal anak-anak. Si bungsu yang sekolah di SMP Islam libur dari 22 April - 11 Mei.

Sementara si sulung yang SMA Negeri libur dari 29 April - 11 Mei. Duh mepet banget kalau lebaran tanggal 2 Mei, kan?

Maka, saya WA wali kelasnya kalau tanggal 28 April mau izin saja, karena plat mobil yang akan kami pakai genap, sementara tanggal itu jam 5 sore berlaku aturan plat ganjil, maka kami akan jalan sebelum tanggal itu. 

Eh, si Bapak walas nolak dong, dan mengingatkan kalau libur baru mulai tanggal 29 April, kalau sampai siswa enggak masuk dihitung tidak ada keterangan dan bukan izin.

Kaget saya, ya sudah..akhirnya saya sampaikan maaf dan membatalkan izin, dan si sulung akan masuk sekolah seperti biasa. Akhirnya saya sounding ke dia, kami akan berangkat sepulang dia sekolah. Jadi dia sampai rumah mesti gercep mandi, salat..dan cus berangkat. Karena kondisi puasa jadi enggak maksi pastinya...

Finally, tanggal 28 sejak pagi saya sudah siapin bagasi mobil, segala rupa bawaan barang pindahan ditata rapi, begitu juga perbekalan makanan/minuman buat di jalan setelah berbuka nanti. Pokoknya begitu anak SMA-nya datang, semua ready!

Oia, sejatinya saya agak mengkhawatirkan suami yang bakalan nyetir di perjalanan ini, pasalnya suami belum lama ini rawat inap sakit Demam Berdarah di RSPP. Maka, saya wanti-wanti kalau nanti capek saya gantiin atau mesti istirahat di rest area. Iya, iya, katanya....denger omelan istrinya haha...

Jam 1 siang kami pun jalan dari rumah. Masuk Tol Dalam Kota sudah mulai ada kepadatan arah mudik. Kami mesti jalan segera karena jam 5 sore dah mulai berlaku plat ganjilnya. Syukurnya lancar jaya, bisa naik ke tol layang MBZ (Mohammed bin Zayed), yang pas juga dibuka (karena ada skema buka/tutup)

Tapi, sampai arah tol Cikampek mulai merayap...makin padat..padat akhirnya stuck, sekitar 1 jam. Ditambah, jelang jam buka puasa arah ke tol Palikanci tiap rest area penuh dan enggak bisa dimasuki lagi.

Syukurnya saya sudah sedia minuman dan cemilan sehingga bisa membatalkan puasa dulu di jalan. Sementara di luar hujan dan rest area berikutnya pun sudah tak boleh dimasuki lagi karena banyak yang berbuka puasa dan salat Maghrib.

Ya sudah lanjut jalan. Kami baru bisa berhenti di rest area berikutnya pada pukul 9 malam, dan sayangnya banyak tempat makan sudah tutup termasuk restoran "Solaria" yang ada di sana sudah tidak menerima pelanggan lagi. Syukurnya ada satu, Rumah Makan Padang "Simpang Raya" masih buka, dan kami dan beberapa tamu jadi pelanggan terakhirnya.

Setelah ishoma, lanjut jalan lagi hingga berhenti lagi di rest area Ngawi buat sahur. Sengaja lama di sini, karena Madiun jaraknya sejam lagi. Biar waktunya sudah pagi sampai di sana, karena kami hanya akan nyekar ke Makam Bapak Ibu (Mertua saya)

Di sini nyesek, karena tahun lalu Ibu Mertua masih ada, tahun ini kami sudah tak bisa bertemu!

Selamat Idul Fitri 1443 H

Pulang ke Madiun Kini Hanya Nyekar Saja, Ibu Sudah Tiada!

Masuk Kota Madiun jam 5 pagi, pas arah ke rumah Madiun ada jejeran penjual bunga. Meski sejatinya kami setiap ziarah kubur berprinsip enggak harus tabur bunga, tapi karena ada banyak penjual ya sudah beli sekalian.

Sampai rumah, parkir di luar, karena pagar terkunci. Sejak Ibu Mertua meninggal November tahun lalu, memang rumah dititip ke tetangga yang sekalian dibayar untuk bersih-bersih dan nyalakan/matikan lampu tiap hari. Memang di antara keenam putra-putri enggak ada yang tinggal sama Bapak Ibu, semua bermukim di kota lain. Jadi kini rumah itu kosong.

Setelah ngabarin Budhe yang jaga rumah, kami dibukain pintu, dan saya langsung merasa kosong gituu..

Biasanya tiap tahun kami sekeluarga pulang ke Madiun dulu, paling dulu di antara yang lain, bahkan kalau suami enggak bisa saya dan anak-anak duluan pulang diantar atau naik KA, baru Bapaknya nyusul. Saya biasa menghabiskan sisa Ramadan di rumah Ibu dan membantu bebersih dan nyiapin ini itu. 

Nanti, Hari Raya kedua baru saya ke Kediri, ke rumah orang tua saya. Saya dan suami memutuskan begini sejak Ibu sendiri-ditinggal Bapak berpulang pada tahun 2011. Biar Ibu ada teman jelang lebaran maka saya yang paling luang di antara anak/mantu lainnya yang bisa menemani.

Ibu biasa nungguin kami datang, terus pas tiba langsung seneeeng bener. Dulu saat almarhumah masih sehat, sudah siap tuh berkaleng biskuit, sirup, aneka jajan lebaran buat anak cucu dan tamu. Juga yang paling istimewa, Beliau sudah nyiapin berkilo-kilo sambel pecel bikinan sendiri buat dibawa pulang anak cucu nanti. Masya Allah...

Maka, ketika masuk rumah dan kosong melompong enggak ada Ibu lagi saya sedih sekali. 

Al Fatihah untuk almarhum Ibu dan Bapak. 

Idul Fitri 2022

Sampai di Kampung Halaman Saya di Kediri

Di Madiun kami hanya sekitar 2 jam saja, lanjut perjalanan ke Kediri, kota kelahiran, tempat tinggal orang tua saya. Alhamdulillah Bapak Ibu saya masih sehat, kini berusia 84 dan 77 tahun. Beliau tinggal ditemani Mbak saya nomor lima dan suaminya yang bekerja di Kediri (sampai kini mereka belum punya momongan). Jadi saya dan saudara lainnya bisa lega karena Bapak Ibu ada yang merawat di hari tuanya.

Madiun- Kediri berjarak sekitar 2 jam (lewat tol sambung non-tol). Sampai Kediri kami langsung tepar, dan istirahat seharian. Total jarak Joglo (Jakarta Barat) - Kediri (Jawa Timur): 766 km ditempuh 22 jam (termasuk istirahat dan singgah Madiun 2 jam)

Esok harinya, saya sekeluarga, Bapak Ibu dan kakak+suami ke Trenggalek ke rumah kakak saya nomor 3. Oia, saya enam bersaudara perempuan semua, saya bungsu.

Kami seharian di Trenggalek, enggak nginap. Esoknya sudah malam takbir, dan nyesek bener saya dengarnya. Sekian tahun saya biasa malam takbir dan Salat Ied di Madiun.

Mesti belum dizinkan takbiran besar-besaran, tapi di lingkungan kampung diadakan takbiran keliling dari gang ke gang. Ada kelompok yang pakai mobil, ada juga yang jalan. Jadi ramai juga suasana takbiran.

Belum lagi bersahut-sahutan takbir bergema dari masjid di sekitar. Alhamdulillah setelah dua tahun tak ada ramai-ramai menyambut hari kemenangan akibat situasi pandemi, kini suasana sudah kondusif lagi. Semoga makin baik dari hari ke hari. Aamiin.

Hari Raya pertama setelah salat Ied di masjid dekat situ, rumah langsung penuh berdatangan tamu saudara dari keluarga besar Bapak dan Ibu. Ada yang dari luar kota juga dalam kota Kediri. Tapi ramai benar sampai ada yang katanya muter dulu dan pergi ngopi terus balik lagi karena ga bisa parkir di sepanjang jalan yang rumah Bapak Ibu yang penuh kendaraan...

Memang Bapak Ibu saya jadi sesepuh karena yang masih ada, yang sepuh lainnya banyak yang sudah berpulang, maka yang muda-muda datang silaturahmi ke sini.

Tapi tetap, semua maskeran ya saat terima tamu. Saya lihat ada anak-anak yang keliling juga tetangga bermasker datangnya. Prokes pokoknya tetap jalan. 

Hari Raya kedua, saya gantian keliling ke saudara bareng keluarga Mbak-Mbak, ke 3 tempat. Lanjut malamnya sempat ngopi di Tempat Bercakap Kopi Kediri bareng Mbak dan suaminya

Hari Raya ketiga, saya sekeluarga pamitan karena mau lanjut agenda kedua selain mudik, yakni Tour de Campus, alias Wisata Kampus. 

Jadi, si sulung tahun depan kuliah, biar dia punya bayangan universitas apa saja yang ada di Indonesia yang bisa jadi tujuan melanjutkan pendidikan, maka kami mengajak dia (dan sekalian adiknya biar tahu juga) mengunjungi kampus-kampus itu. Mumpung mudik jadi sekalian jalan, gitu..

Jadilah kami ke 10 kampus di 4 kota berbeda. Nanti saya ceritakan lengkapnya.

Pengalaman mudik ke Kediri

Penutup

Dua kali lebaran saya dan keluarga enggak mudik ke Madiun dan Kediri, meski sempat pulang kilat pas bukan lebaran, yakni sekali di tahun 2020 dan sekali 2021. Saat itu masih ada Ibu Mertua, enggak nyangka lebaran ini di saat pandemi sudah mereda, Ibu sudah tiada. 

Berbeda banget rasanya. Biasa masih ada yang disungkemi lalu memanjatkan doa panjang untuk kami, kini enggak ada lagi. Dan ternyata benar, keberadaan orangtua adalah perekat bagi anak-anaknya, ketika masing-masing sudah hidup mandiri dengan keluarganya sendiri-sendiri. 

Ketika sosok orang tua sudah enggak ada lagi, mau janjian ngumpul aja susah sekali. Dulu ada alasan pulang ke rumah Ibu, sekarang rumah kosong siapa juga yang dikunjungi..

Jadi yang gitu deh, akhirnya saya dan suami memutuskan mengunjungi kakak-kakak yang dilewati kotanya. Biar bisa ketemu...

Semoga lain waktu bisa ngumpul lengkap meski enggak ada lagi Bapak Ibu.

Nah, bagaimana dengan Hari Raya teman-teman? Adakah perbedaan dari lebaran sebelumnya? 

Apapun bedanya tetap semangat ya. Sekarang sudah kelar mudik dan lebarannya, waktunya kembali berkarya, nyisihin rezeki buat mudik lagi nanti! 😆


Salam Semangat

Dian Restu Agustina








Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

24 komentar untuk "Idul Fitri 2022 yang Berbeda"

  1. Lebaran kemarin di tempatku sudah meriah banget, mbak. Bahkan nggak nyangka jalan kampung yang biasanya sepi, ramai banget orang takbir keliling. Mulai dari truck, pick up, mobil biasa, sampai motor.
    Ngerasain macet di kampung, haha.
    Kebetulan mudik kami deket sih, hanya kurleb 2,5 jam perjalanan aja.

    BalasHapus
  2. Lebaran tahun ini aku malah gak kemana-mana mba, mudik sih iya, tapi itu juga di rumah mertua aja, gak mampir sana sini, oh paling ke PVJ bentar, trus balik pulang ke rumah karena gak sanggup sama kemacetannya hehehe, sampai rumah istirahat, bebenah (teteupp)) paling ke Cibubur buat foto keluarga trus balik ke rumah lagi. oh sama nonton doctor strange, anakku rekues ini

    BalasHapus
  3. Taqobbalallahu minna wa minkum, taqobbal ya kariim
    semoga Allah terima semua amal ibadah kita ya mbaa

    Hamdalah Lebaran season thn ini memang luarrr biasa.
    akupun H+2 ke rumah omku di Mojoroto Kediri, trus ke Trenggalek juga
    super hepiiii!

    BalasHapus
  4. Itu yang nolak ga boleh izin itu walasnya kakak yang SMA mba? Oh ya ngomong ngomong aku kalau jadi mba dian pasti khawatir juga ya mudik trus suami yang nyetir sedangkan dia baru sembuh. Ahhh kayaknya mau ga mau aku harus belajar mobil juga ya mba. Biar nanti bisa gantian ama suami kalau butuh. Tapi doain dulu ya mba Dian kmi dilapangkan rezekinya buat beli mobil. Biar mudiknya jadi enak.

    BalasHapus
  5. Lebaran tahun ini aku juga udah kehilangan Paklik dan Eyang kakungku mbak. Rasanya silaturahim jadi berkurang, namun kami sempatkan untuk berkunjung ke makam beliau berdua. Semoga semua yang telah mendahului kita mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Aamiin

    BalasHapus
  6. Mohon maaf lahir batin juga, Mbak Dian :) Wah, begituuu ya cerita anaknya ga diizinkan hihihih iya sih soal gage ini menjadi pertimbangan kita pergi ke luar kota menggunakan mobil pribadi. Lebaran yang mengesankan banget buat mbak sekeluarga ya. Meskipun mertua sudah tiada tapi ga mengurangi makna lebarannya. AKu sih ga mudik tapi jalan2 ke Malang, Solo dan Jogja hehehe. Sehat2 selaluuuu :D

    BalasHapus
  7. Aku kok greget sama WALAS-nya yah ahahhaa apa karena sudah SMA ya mba? soalnya WALAS anakku yg masih SD baik2 aja kalau mau mudik sblm libur :p cerita mudik yang ga terlupa ya mba apalagi kondisinya berbeda setelah tiada mertua juga.

    BalasHapus
  8. Selamat lebaran ya mbak, mohon maaf lahir dan batin. Baca bagian keriwehannya pas mau berangkat itu, jadi ingat pas di WAG Food blogger dimintain penyelesaian tugas2 wkwkwk Lagi sibuk mau mudik, sibuk pula ditagih kewajiban hahaha. Alhamdulillah mbak Dian mudik juga, singgah di 7 kota, jadi ingat waktu aku roadtrip lebaran 2019 mau ke Jember, singgah di berbagai kota kayak gini juga. Benar mbak, keberadaan orang tua menjadi perekat anak-anaknya di manapun berada. Kalau sudah tiada, mulai sepi, karena yang dijenguk sudah tidak ada :( Al Fatihan buat bapak dan ibunya. Btw, suami mbak Dian sakit sebelum mudik ya. Nah kami malah ga jadi mudik karena pas mau mudik malah suamiku sakit :D

    BalasHapus
  9. Pulang pas gak ada orang tua itu pasti kosong ya, Mbak

    Dulu Mbahku orang yang paling tua di keluarganya. Jadi kalau lebaran ya ramai. Sekarang gak lagi. Ya apa pun itu, semoga kita tetap diberi kesempatan untuk menyambung persaudaraan meski yang tua sudah berpulang

    BalasHapus
  10. Ikutan senang deh lihat teman-teman yang pada mudik tahun ini karena menjadi momen yang ditunggu ya mbak setelah 2 tahun tidak pulang kampung. Aku pun jadi bisa bertemu dengan saudara-saudara yang sudah 2 tahun ini gak kumpul, haru banget ya tahun ini. Apalagi pas sholat ied ke masjid karena akhirnya bisa sama-sama ke masjid lagi setelah 2 tahun hanya dari rumah.

    BalasHapus
  11. Menarik cerita lebarannya mbak
    Akhirnya bisa mudik ya mbak
    Masayaallah kalau baca cerita mudiknya, bisa dibilang kayak road trip ya mbak.
    Keliling ke banyak kota

    BalasHapus
  12. wah seru banget ya mbak jalan-jalan pas mudiknya. kalau suami saya kayaknya sudah bertahun-tahun nggak mudik pas lebaran. terakhir dia pulang ke jawa itu 2 tahun lalu kalau nggak salah. belum ada dananya soalnya dia buat ngajak kami mudik

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah setelah 2 tahun nggak mudik, sekarang bisa mudik lagi langsung ke kampung halaman masing masing ya Mba. Seneng juga bisa nulis cerita cerita seperti ini untuk kelak bisa dibaca lagi. Tapi memang pasti sedih banget saat mudik dan orang yang biasanya menyambut kita sekarang sudah tidak ada. Al Fatihah untuk Bapak dan Ibu mertua mba..

    BalasHapus
  14. Taqabalallahu minna wa minkum, kak Dian.
    Barakallahu fiikum bisa berlebaran dan beraktivitas seperti biasa kembali.
    Senang dan bahagia sekali kembali berkumpul dan bersilaturahm ke keluarga besar juga melakukan agenda keliling kampus impian untuk ananda.

    Semoga sukses dan ananda bisa menempuh studi di jurusan dan kampus pilihannya dengan bahagia,

    BalasHapus
  15. Menarik sekali cerita mudik lebarannya. Saya nggak mudik mbak karna jarak tempuh rumah suami dan rumah orangtua saya cukup dekat sekitar 1 jam perjalanan sudah sampai. Di daerahku juga ramai sekali pas malam takbiran seruu

    BalasHapus
  16. Innalilahi wa inna ilaihi raji'un turut berdukacita Mak, lebaran tahun ini juga terasa sepi karena adik bungsuku juga sudah berpulang September tahun lalu, ibu mertua juga baru wafat tiga bulan lalu jadi nyesek banget lebaran tahun ini semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesabaran ya aamiin

    BalasHapus
  17. sekalian tur buat sekolah kuliah nanti ya mak itu. btw, senengnya bisa berkumpul lebaran. al fatihah buat ibu mertua. pasti terasa ada yang kurang ya mak. btw, pulangnya lancar ga mak? baca di berita ada yang lama banget sampai rumah saking macetnya

    BalasHapus
  18. lebaran tahun ini berarti banget bagiku karena aku lebaran di Lampung Timur dan akhirnya mudik ke Bengkulu, jadi aku turut berduka cita semoga mbk sekeluarga diberi kekuatan dalam kesabaran ya.

    BalasHapus
  19. Kebayang lelahnya jalan darat, soalnya aku pernah mudik ke Medan jalan darat 3 hari 2malam naik bus pula jadi istirahatnya nggak bisa sesuai keinginan hehe. Met lebaran juga mbaa.. Maaf lahir batin yaa

    BalasHapus
  20. Saya jadi ikutan sedih, bayangin rumah yang hangat dan sambutan dari ibu ternyata sekarang sudah tidak ada, sepinya luar biasa. Semoga Almarhumah diberikan tempat yang layak disisi-Nya ya mbak.. Ternyata wong kediri to, tetanggan sama saya kampung halamannya :D

    BalasHapus
  21. Mohon maaf lahir bantin mba Dian.
    Mertuanya mba Dian asli Madiun ya?
    Madiunnya dimana mba?
    Orang tua saya asli Madiun semua.
    Perjalanannya lumayan ya mba dari Jakarta. Itu langsung bablas ya, ndak berhenti dulu?

    BalasHapus
  22. Mbak.. Aku jadi sedih baca cerita tentang ibu mertua. Yang biasanya berlebaran bersama dan senang melihat anak cucu datang. Aku kemarin juga ga mudik karena habis pindahan. Katanya ortu dan mertua mau ke sini. Akhirnya mertua datang 1 minggu pasca lebaran pas ada tanggal merah itu. Ortu belum ke sini. Mgkn libur sekolah aku dan suami mau mudik. InsyaAllah

    BalasHapus
  23. Bener banget mba, ada yang beda jadinya kalo yang biasanya kita mudik masih ada dan sekarang sudah tiada apalagi kalo itu mertua kan pasti dekat dan masih ada rasa kehilangan. Tapi kita mau ga mau tetep harus silahturahmi dengan saudara yang lain di kampung halaman, kalo kata ortuku biar gak "keputung obor" alias putus silaturahmi.

    BalasHapus
  24. lebaran tahun ini tidak kemana mana karena semua saudara ke jakarta, sementara tahun lalu mudik mengunjungi saudara2 di bandung. jadi kurang terasa suasana lebarannya. hehe

    BalasHapus