Mengunjungi Museum Nasional Indonesia Saat Libur Sekolah 2025
Jadilah, Kamis pagi kami meluncur ke museum yang dibuka untuk umum pada tahun 1868 ini. Museum yang lebih dikenal dengan “Museum Gajah” karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871.
Kami sebenarnya sudah beberapa kali ke sini, tapi itu sebelum museum mengalami kebakaran pada 16 Sept 2023 sehingga ditutup untuk umum dalam rangka restorasi besar-besaran terutama pada ruangan dan koleksi yang terdampak. Nah, museum sudah dibuka lagi pada 15 Okt 2024.
Lalu, bagaimana kondisi Museum Nasional Indonesia kini?
Saya merasa sih ada beberapa koleksi yang tak ada lagi, entah itu termasuk yang ikut terbakar, disimpan untuk keselamatan di masa depan, atau dirotasi sesuai tema pameran, entahlah...semoga ini hanya perasaan saya saja hehe
Tapi, proses revitalisasi yang menyeluruh, termasuk perbaikan bangunan yang rusak dan pembaruan desain interior sukses memberikan pengalaman yang lebih baik bagi saya sebagai pengunjungnya.
Asli, kini Museum Nasional Indonesia makin kereeeenn!!
Tak hanya gedung klasik berdampingan dengan bangunan modern dilengkapi lift dan area multimedia saja tapi juga lay out pameran yang kekinian, pameran berkala yang menarik, fasilitas ramah disabilitas, ketersediaan WiFi, ruang anak, perpustakaan, toilet/musholla bersih, loker pengunjung, kantin/toko souvenir modern, area yang lebih lapang, bersih dan nyaman, petunjuk jelas...dan lainnya.
Pokoknya, kalau liburannya di Jakarta saja (atau mungkin yang di daerah mau ke Jakarta) jangan sampai lewatkan: Museum Nasional Indonesia, ya!
Mengapa?
Museum Nasional Indonesia Pasca Revitalisasi
Karena saya dan si Bungsu nebeng Paksu jadi langsung di drop di depan museum, tapi jika teman-teman mau naik transportasi umum paling mudah naik TransJakarta karena di seberang persis museum ini ada halte TJ Monumen Nasional, jadi silakan disesuaikan saja rutenya, ya...
Nah, loket tiket ada di sisi kiri gerbang museum, harga tiket masuk Rp 25.000 (anak Rp 15.000) dibeli cashless. Jika mau masuk ruang ImersifA - instalasi permanen dengan proyeksi video mapping ke setiap sisi dinding 360°, termasuk lantai, dengan tata suara yang menggelegar - tiket terpisah Rp 35.000 (beli tiketnya online).
Oh ya tiket masuk ini bisa dibeli offline maupun online, dan untuk ImersifA lebih baik sebelum hari H. Karena kunjungan saya yang dadakan, dapat jadwalnya sore sebab ruangan hanya bisa menampung 30 orang saja. Akhirnya saya batal beli tiketnya, karena dari sini saya mau ajak si Adik ke Monas biar sekalian jalan.
Setelah dapat tiket kami menuju ke pintu masuk museum, tiket bakal di-scan di sini...dan pengalaman pun dimulai, saya bisa menikmati aneka pameran tetap maupun temporer di museum ini, di antaranya:
1. Taman Arca
Memasuki Gedung A kita akan disambut deretan arca dalam ruangan yang nyambung ke belakang ke Taman Arca yang asri dengan deretan arca-arca yang memiliki nilai seni dan sejarah tinggi. Beberapa koleksi yang ditampilkan dalam pameran repatriasi ini antara lain arca Nandi, arca Dewa Siwa, Ganesha, Durga, Bhairawa, dan arca kuno lainnya yang berukuran raksasa. Oh ya, jangan lupa baca keterangan di tiap arca, ada dicantumkan cerita mitologinya di sana.
2. Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus erectus
Pameran ini untuk memperingati 130 tahun ditemukannya fosil Pithecanthropus erectus yang juga dikenal sebagai manusia Jawa. Menampilkan berbagai koleksi fosil prasejarah, termasuk kerangka manusia purba dan fosil hewan purba. Di sini kita diajak menyusuri kisah panjang manusia purba: dari penemuan, identifikasi ilmiah, hingga narasi evolusi lengkap dengan konteks lingkungan untuk memahami sejarah panjang peradaban Indonesia, dimulai dari masa prasejarah hingga saat ini.
3. Melawan Tanpa Gentar
Menampilkan karya seni yang terinspirasi dari perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, dengan menegaskan identitas dan semangat nasionalisme. Mengajak pengunjung untuk menelusuri kembali perjuangan rakyat Indonesia dari era kolonial hingga proklamasi.
4. "Misykat: Cahaya Peradaban Islam Indonesia"
Menampilkan berbagai koleksi benda bersejarah terkait peradaban Islam di Indonesia dengan lebih dari 300 artefak bersejarah yang ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Seperti koin kuno, musaf Al-Qur'an, tembikar, serta berbagai jenis karya seni yang menunjukkan masuknya Islam ke Nusantara. Ada juga berbagai wayang Wali Songo dan berbagai artefak seni dan budaya benda lainnya, seperti keris, penutup kepala, kain wastra, perabot rumah tangga, alat musik, dan lukisan.
5. Sunting
Dengan tiga zona utama, yaitu: Zona 1: Perempuan, Kekuasaan, dan Perlawanan, menampilkan 14 tokoh perempuan pemimpin dan pejuang, Zona 2: Perempuan, Penggerak Sejarah, menghadirkan 29 tokoh yang berperan dalam dinamika sosial-politik Indonesia, Zona 3: Perempuan, Pembangun Peradaban, dan 53 tokoh perempuan yang berjasa dalam bidang pendidikan, seni, kesehatan, diplomasi, hingga teknologi. Menampilkan artefak lintas budaya dan lintas waktu yang mencakup: arsip, karya sastra, tekstil, artefak etnografi, karya seni, panji, karya visual, karya performance, dan dokumentasi. Seluruhnya merefleksikan rekam jejak perjuangan, identitas, dan kontribusi perempuan dalam berbagai ranah kehidupan serta lintas periode sejarah Indonesia.
6 Mengenal Paras Nusantara
Fitur interaktif di Museum Nasional Indonesia yang menggunakan teknologi AI untuk mencocokkan wajah pengunjung dengan lukisan wajah suku bangsa Nusantara karya R.M. Pirngadie yang memungkinkan pengunjung untuk mengetahui potensi asal-usul suku mereka berdasarkan kemiripan wajahnya. Wajah-wajah dalam database berasal dari 78 lukisan karya R.M. Pirngadie ini dibuat pada tahun 1935. Di sini pengunjung mendekati layar pemindai yang dilengkapi kamera, kemudian sistem akan menganalisis wajah dan mencocokkannya dengan lukisan yang ada. Kemudian bisa dicetak deh. (biaya pindai dan cetak Rp 20.000) pembayaran cahsless. Hasilnya saat saya coba...: saya Suku Bali dan si Adik Suku Aceh! (mungkin karena saya saat gadis pernah 8 tahun tinggal di Bali, dan saya sekeluarga pernah tinggal di Sumatera Utara - dekat perbatasan Aceh, jadi wajahnya makin mirip 😁)
Tips Mengunjungi Museum Nasional Indonesia
Senang sekali bisa mengunjungi Museum Nasional Indonesia pasca revitalisasi. Sekitar 4 jam saya dan si bungsu mengelilingi area, diselingi jajan sebentar di kantinnya. (Kurang sih ini....lain kali Insya Allah datang lagi bukan saat liburan sekolah biar agak sepi pengunjungnya, jadi lebih puas kelilingnya )
Nah, tips mengunjungi Museum Nasional Indonesia dari saya:
- Ingat...ingat...catat: museum buka Selasa-Minggu 08.00-20.00, Senin dan Hari Libur Nasional (tertentu) Tutup
- Beli tiket online sebelum hari-H untuk menghindari antrian dan agar dapat kuota tiket ImersifA (belinya di website museum nasional yang akan diarahkan ke Traveloka, atau beli di tiket com). Beli tiket offline bisa, pembayarannya non tunai
- Pakai pakaian dan alas kaki yang nyaman jadi buat berkeliling amaaan!
- Datang lebih awal saat pengunjung belum terlalu banyak dan pastikan makan dulu ya biar kuat kelilingnya
- Jika bawa bekal snack/minuman bisa dititipkan di loker yang ada di basement. Bisa juga jajan di kantin yang menyediakan makanan ringan dan minuman (btw kopinya enak lho dan harganya terjangkau)
- Ikuti petunjuk alur kunjungan yang telah disediakan untuk memastikan kamu melihat semua koleksi dengan tertib. (Saya kemarin loncat-loncat alurnya, karena ramai pengunjung, papasan dengan beberapa rombongan anak-anak sekolah yang sedang field trip).
- Matikan lampu kilat saat mengambil foto untuk menghindari kerusakan pada koleksi.
- Hindari menyentuh benda atau karya seni yang dipamerkan untuk menjaga kelestariannya
- Manfaatkan fasilitas yang ada seperti ruang anak, perpustakaan, fasilitas pemandu wisata, baca petunjuk di masing-masing koleksi, gunakan display virtual, dan lainnya
- Jaga kebersihan museum dan diri sendiri
![]() |
hasilnya: saya Suku Bali dan si Adik Suku Aceh |
Wow koleksinya banyak ya mbaa dan tampak benar2 terjaga apalagi setelah renovasi pasti jadi makin oke,,,,
BalasHapusAku sendiri sudah lama tidak mengunjugi museum jadi kangen juga sesekali nanti mengunjungi museum sekalian untuk belajar sejarah yaaa...btw [ertama kali maca museum nasional pikiranku tertujunya langsung ke monas padahal kan beda yaaa monumen dan museum hehehe
Museum Nasional memang kaya banget koleksinya masyaAllah. Pengen banget bisa kesana huhu segera dikasih rejeki lebih biar bisa kesana, kalau deket dr rumah mah pasti langsung otw hehe
BalasHapusSeru nih di Museum Nasional, bisa jadi tambahan tujuan wisata saat ke Jakarta. Seru juga tuh AInya, kita bisa jadi sosok sesorang di masa lampu
BalasHapusKoleksinya banyak banget, sepertinya apa aja ada ya di sana
Saya yang termasuk jarang ke museum, tapi seneng banget baca ulasan teman kalau lagi ke museum, termasuk artikelnya mba Dian ini. Rasanya seperti ada di museum Nasional Indonesia
BalasHapusSaya itu selalu naim turun di halte Monas, Mbak. Jadi agak mengikuti proses Museum Nasional Indonesia ini. Dan sekarang itu ramai. antrean beli tiket panjang terus. Dan memang tips dari Mba Dian pas sekali. Datang ke Museum Nasional Indonesia lebih awal ya, mbak. Jaadi tidak antre dan lebih leluasa menikmati koleksi museum Nasional Indonesia. saya belum ke sana lagi setelah wajah baru. dan ternyata lebih keren lagi.
BalasHapusKalau yang kaya blackhole di pintu masuk itu sebenernya apa, ka Dian?
BalasHapusCakeepp yaah... aku juga pingin ditebak wajah Nusantaraku suku apa yaa??
Feeling siih.. bener tebakannya, arek Suroboyo ki suku Jawa thothok. Hahaha~
Jadi next destination kalau pas ke Jekarda nih..Museum Nasional Indonesia.
Jl. Medan Merdeka Barat No.12, Gambir.
Itu patung abstrak karya seni berjudul "Ku Yakin Sampai Di Sana" karya pematung Bali, Nyoman Nuarta. Patung ini menggambarkan pusaran yang melambangkan semangat perjuangan dan kerja keras dalam mencapai tujuan dibuat pada tahun 2012 dan menjadi bagian dari partisipasi publik dalam museum. Diharapkan dapat memberikan inspirasi dan semangat ketahanan budaya.
HapusWah, baca tulisan ini bikin aku nostalgia banget, Mbak Dian. Terakhir ke Museum Nasional itu waktu masih sekolah, dan sekarang jadi pengin ajak anak-anak ke sana juga setelah baca ulasan lengkap ini. Informasi tentang sejarah dan koleksi museumnya disajikan dengan menarik dan ringan, jadi makin penasaran untuk eksplor langsung. Terima kasih sudah berbagi pengalaman dan fotonya yang keren. Sukses selalu untuk blognya ya, Mbak! 😊
BalasHapusWaktu denger kebakaran itu aku langsung nyese banget. Ngebayangin pasti banyak koleksi yang binasa ataupun rusak. Makanya, harapannya dengan renovasi ini, sistem penanganan keamanan apinya semakin baik. Kalau ada detektor asap lebih bagus.
BalasHapusAku udah nandain museum nasional ini lamaaa banget. Alasannya karena ada arca penting dari Sumsel yang di museum sini hanya ada imitasinya dan yang aslinya ada di museum nasional :) harga tiketnya pun cukup terjangkau, dan tampilan moderennya mengingatkanku kayak museum BI yang sementara jadi museum paling aku suka se-Indonesia ini :)
Bagus banget yaa sekarang, ambiance-nya kece. Dulu saya ke sana tahun berapa yaa... udah lamaaa banget pas acara Srikandi Blogger-nya KEB. Udah ada kalik ya 10 tahun yang lalu. Semoga kapan2 bisa ke sini lagi dan eksplore museumnya. 4 jam masih terasa kurang ya, Mbak? Kudu siap2 amunisi kalori yang banyak nih agar strong menjelajahi museum.
BalasHapusMuseum nasional adalah museum terbesar se Indonesia dengan koleksi yang hampir bisa dikatakan lengkap dan sangat interaktif.
BalasHapusTerakhir saya datang ke Museum Gajah itu persis 2 hari sebelum kebakaran terjadi. Ya ampun sedih banget. Apalagi yang saya kunjungi itu adalah bagian yang terbakar itu. Tapi jujurly kala itu saya melihat Museum Gajah memang sudah waktunya harus direvitalisasi dengan penyusunan koleksi yang lebih apik, teratur, dan dalam kondisi lebih bersih.
BalasHapusMelihat foto-foto yang dihadirkan Mbak Dian, museum ini seperti face-off deh. Berubah lebih dari 50% nya keknya. Setidaknya dari terakhir saya datangi. Saya jadi penasaran dengan bagian catatan sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Subject yang sedang saya cari infonya dari berbagai sumber.